Perusahaan yang
beroperasi secara internasional menggunakan berbagai metode untuk menyatakan
aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban yang dinyatakan dalam mata uang asing
menjadi dalam mata uang domestik. Metode translasi ini dapat diklasifikasikan menjadi
dua jenis: metode yang menggunakan kurs translasi tunggal untuk menyajikan ulang
saldo dalam mata uang asing ke dalam nilai ekuivalen dalam mata uang domestik
dan metode yang menggunakan berbagai macam kurs.
1. Metode
Kurs Tunggal
Metode kurs tunggal, yang sudah lama popular di Eropa,
menerapkan satu kurs nilai tukar, yaitu kurs terkini atau kurs penutupan, untuk
seluruh aktiva dan kewajiban lancar. Pendapatan dan beban dalam mata uang asing
umumnya ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada
saat pos-pos tersebut diakui.
Namun demikian, untuk memudahkan pos-pos ini umumnya
ditranslasikan dengan menggunakan rata-rata tertimbang kurs nilai tukar yang
tepat untuk periode tersebut. Berdasarkan metode ini, laporan keuangan sebuah
operasi asing (yang dipandang oleh induk perusahaan sebagai perusahaan otonomi)
memiliki domisili pelaporannya sendiri: lingkungan mata uang lokal di mana
perusahaan afiliasi asing melakukan usahanya.
Berdasarkan metode kurs kini, laporan konsolidasi tetap
mempertahan kanhubungan laporan keuangan perusahaan secara individu pada
awalnya (seperti rasio keuangan) pada saat seluruh pos-pos laporan keuangan
dalam mata uang asing ditranslasikan dengan menggunakan satu kurs tunggal.
Dengan kata lain, hasil konsolidasi mencerminkan perspektif mata uang setiap
perusahaan yang hasilnya akan dikonsolidasikan, dan bukan perspektif mata uang
tunggal induk perusahaan.
2. Metode
Kurs Berganda
Metode kurs berganda menggabungkan kurs nilai tukar
historis dan kurs nilai tukar kini dalam proses translasi.
·
Metode Kini-Nonkini
Berdasarkan metode kini-non kini, aktiva lancar dan
kewajiban lancar anak perusahaan luar negeri ditranslasikan ke dalam mata uang
pelaporan induk perusahaannya berdasarkan kurs kini. Aktiva dan kewajiban tidak
lancer ditranslasikan berdasarkan kurs historis. Pos-pos laporan laba rugi
(kecuali beban depresiasi dan amortisasi) ditranslasikan sebesar kurs rata-rata
yang berlaku dalam setiap bulan operasi atau berdasarkan rata-rata tertimbang
selama keseluruhan periode pelaporan.
Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan sebesar kurs historis yang
tercatat saat aktiva tersebut diperoleh.
Namun demikian, metode ini tidak mempertimbangkan unsur
ekonomis. Menggunakan kurs akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancar
secara tidak langsung menunjukkan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata
uang asing sama-sama menghadapi risiko nilai tukar.
·
Metode Moneter-Non moneter
Metode moneter-non
moneter juga menggunakan skema klasifikasi neracauntuk menentukan kurs
translasi yang tepat. Aktiva dan kewajiban moneter ditranslasikan berdasarkan
kurs kini. Pos-pos nonmoneter (aktiva tetap, investasi jangka panjang dan
persediaan investor) ditranslasikan dengan menggunakan prosedur yang sama
dengan yang dijelaskan untuk konsep kini-nonkini.
Tidak seperti halnya metode kini-non kini, metode ini melihat bahwa aktiva dan
kewajiban menghadapi risiko mata uang asing. Karena pos-pos moneter akan diselesaikan
dengan menggunakan uang tunai, penggunaan kurs kini untuk mentranslasikan
pos-pos ini menghasilkan nilai ekuivalen dalam mata uang domestik yang
mencerminkan nilai realisasinya atau nilai penyelesaiannya. Akan tercermin pula
perubahan atas nilai ekuivalen dalam mata uang domestik utang jangka panjang
pada periode di mana utang tersebut terjadi, sehingga menghasilkan indikator
pengaruh nilai tukar valuta asing yang lebih tepat waktu.
Namun demikian, perlu
diperhatikan bahwa metode moneter-non moneter bergantung pada klasifikasi skema
neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat.
·
Metode Temporal
Dengan menggunakan metode temporal, translasi mata uang
merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu.
Metode ini tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, melainkan hanya
mengubah unit pengukuran. Translasi
saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan pengukuran ulang denominasi
pos-pos tersebut, tetapi bukan penilaian sesungguhnya.
Berdasarkan GAAP AS,
kas diukur berdasarkan jumlah yang dimiliki pada tanggal neraca. Piutang dan
utang dinyatakan sebesar jumlah yang diperkirakan akan diterima atau akan
dibayarkan pada saat jatuh temponya. Berdasarkan metode temporal, pos-pos
moneter seperti kas, piutang dan utang ditranslasikan
berdasarkan kurs kini. Pos-pos non moneter
ditranslasikan dengan kurs yang mempertahankan dasar pengukuran pada awalnya.
Secara khusus, aktiva yang dinilai dalam laporan mata uang asing sebesar biaya
historis ditranslasikan berdasarkan kurs historis. Hal ini dikarenakan biaya
historis dalam mata uang asing yang
ditranslasikan dengan kurs nilai tukar historis menghasilkan biaya historis dalam
mata uang domestik. Hal yang sama juga berlaku untuk pos-pos non moneteryang
dicatat di luar negeri berdasarkan nilai kini ditranslasikan dengan menggunakan
kurs nilai tukar kini akan menghasilkan nilai kini dalam mata uang domestik.
Apabila pos-pos
nonmoneter di luar negeri dinilai dengan menggunakan biaya historis, prosedur
translasi yang digunakan dalam metode temporal secara kasat mata sama dengan
prosedur dalam metode moneter-nonmoneter. Dua metode translasi ini hanya
berbeda jika dasar penilaian aktiva lainnya yang digunakan, seperti biaya
penggantian, nilai pasar, atau arus kas terdiskonto. Karena kemiripannya dengan
metode moneter-nonmoneter, metode temporal memiliki keuntungan dan kerugian
yang sama. Karena secara sengaja mengabaikan inflasi lokal.
Sumber:
http://www.scribd.com/doc/105684297/Translasi-Mata-Uang-Asing-Makalah
http://mercubuana.ac.id/files/AFRIZON%20-%20AKUNTANSI%20INTERNASIONAL---OK--4-7,9-13%20(Genap%200910)/MODUL%206.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar