Selama periode inflasi,
nilai aktiva yang dicatat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan
nilai terkininya (yang lebih tinggi). Nilai aktiva yang lebih rendah
menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah dan laba dinilai lebih tinggi.
Ketidakakuratan
pengukuran ini mendistorsi:
·
proyeksi keuangan yang didasarkan pada
data seri waktu historis,
·
anggaran yang menjadi dasar pengukuran
kinerja
· data kinerja yang tidak dapat
mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan.
Laba yang dinilai lebih
pada gilirannya akan menyebabkan :
·
Kenaikan dalam proporsi pajak.
·
Permintaan deviden lebih banyak dari
pemegang saham.
·
Permintaan gaji dan upah yang lebih
tinggi dari pada pekerja.
·
Tindakan yang merugikan dari negara tuan
rumah (pengenaan pajak lebih besar).
Penyesuaian
Tingkat Harga Umum
Mata uang konstan biaya historis atau equivalen daya beli
umum merupakan jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap perubahan tingkat
harga umum (daya beli). Jumlah nominal merupakan jumlah mata uang yang belum
disesuaikan sedemikian rupa.
Sebagai contoh, selama periode kenaikan harga, aktiva
berumur panjang yang dilaporkan didalam neraca sebesar biaya akuisisi awalnya
dinyatakan dalam mata uang nominal. Apabila biaya historisnya tersebut
dialokasikan terhadap laba periode kini (dalam bentuk beban depresiasi),
pendapatan, yang mencerminkan daya beli kini, ditandingkan dengan biaya yang
mencerminkan daya beli (yang lebih tinggi) dari periode terdahulu saat aktiva
tersebut dibeli. Oleh sebab itu, jumlah nominal harus disesuaikan untuk
perubahan dalam daya beli umum uang agar dapat ditandingkan secara tepat dengan
transaksi kini.
Sudut
Pandang Internasional Terhadap Akuntansi Inflasi
Berbagai negara telah mencoba metode inflasi yang berbeda.
Praktik aktual juga mencerminkan pertimbangan paragmatis seperti parahnya laju
inflasi nasional dan pandangan pihak yang secara langsung dipengaruhi oleh
angka akuntansi inflasi. Mengamati beberapa metode akuntansi inflasi yang
berbeda sangat bermanfaat pada saat menilai kondisi paling mutakhir saat ini.
·
Amerika Serikat
Pada tahun 1979, FSAB mengeluarkan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (statement of financial accounting standards-SFAS) No. 33.
Berjudul “pelaporan keuangan dan perubahan harga”, pernyataan ini mengharuskan
perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan dan aktiva tetap.
Banyak pengguna dan
penyusun informasi keuangan yang telah sesuai dengan SFAS No.33 mengemukakan
bahwa :
1. Pengungkapan
ganda yang diwajibkan oleh FASB membingungkan.
2. Biaya
untuk penyusunan pengungkapan ganda ini terlalu besar.
3. Pengungkapan
daya beli konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila dibandingkan
data biaya kini.
·
Inggris
Komite Standar Akuntansi Inggris (Accounting Standard
Commitee-ASC) menerbitkan Pernyataan Standard Praktik Akuntansi 16 (Statement
Of Standard Accounting Practice-SSAP 16), “akuntansi biaya kini”.
Perbedaan SSAP 16
dengan SFAS 33 yaitu :
1. Apabila
standar AS mengharuskan akuntansi dolar konstan dan biaya kini, SSAP 16
mengadopsi hanya metode biaya kini untuk pelaporan eksternal.
2. Apabila
penyesuaian inflasi AS berpusat pad laporan laba rugi, laporan biaya kini di
Inggris mewajibkan baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta
pencatatan penjelasan.
Dalam perlakuan keuntungan dan kerugian terkait dengan
pos-pos moneter, FAS 33 mengharuskan pengungkapan terpisah untuk tiap-tiap
angka. SSAP 16 mengharuskan dua angka, yang keduanya mencerminkan pengaruh
perubahan harga spesifik, diantaranya penyesuaian modal kerja moneter dan
mekanisme penyesuaian
Standar di Inggris
memperbolehkan tiga pilihan pelaporan :
1. Menyajikan
akun-akun biaya kini sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap
biaya historis.
2. Menyajikan
akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun
pelengkap biaya kini.
3. Menyediakan
akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi dengan informasi
biaya historis yang memadai.
Badan
Standar Akuntansi Internasional
IASB
telah menyimpulkan bahwa laporan posisi keuangan dan kinerja operasi dalam mata
uang lokal menjadi tidak berarti lagi dalam suatu lingkungan yang mengalami
hiperinflasi. Secara khusus laporan keuangan suatu perusahaan yang melakukan
pelaporan dalam mata uang perekonomian hiperinflasi, apakah didasarkan pada
kerangka penilaian biaya historis atau biaya kini, harus disajikan ulang sesuai
dengan daya beli konstan pada tanggal neraca. Aturan ini juga berlaku untuk
angka terkait dalam periode sebelumnya. Keuntungan atau kerugian daya beli yang
terkait dengan posisi kewajiban atau aktiva moneter bersih dimasukan kedalam
laba kini. Perusahaan yang melakukan pelaporan juga harus mengungkapkan :
1. Fakta
bahwa penyajian ulang untuk perubahan dalam daya beli unit pengukuran telah
dilakukan
2. Kerangka
dasar penilaian aktiva yang digunakan dalam laporan keuangan utama yaitu
penilaian biaya historis atau biaya kini
3. Identitas
dan tingkat indeks harga pada tanggal neraca, beserta dengan perubahannya
selama periode pelaporan
4. Keuntungan
atau kerugian moneter bersih selama periode tersebut
Isu-Isu
Mengenai Inflasi
Terdapat 4 isu akuntansi inflasi diantaranya adalah
·
Apakah dolar konstan atau biaya kini
yang lebih baik mengukur pengaruh inflasi.
·
Perlakuan akuntansi terhadap keuntungan
dan kerugian inflasi.
·
Akuntansi inflasi luar negeri.
·
Menghindari fenomena kejatuhan ganda.
Keuntungan
Dan Kerugian Inflasi
Perlakuan
keuntungan dan kerugian pos-pos moneter (yaitu kas, piutang, dan utang)
tergolong kontroversial. Penelitian kami terhadap praktik di berbagai negara
mengungkapkan perbedaan yang penting dalam hal ini.
Di
Amerika, keuntungan atau kerugian pos-pos moneter dientukan dengan menyajikan
ulang dalam dolar konstan, saldo awal dan saldo akhir. Serta transaksi dalam,
seluruh aktiva dan kewajiban moneter (termasuk utang jangka panjang), angka
yang dihasilkan diungkapkan sebagai saldo terpisah. Perlakuan ini memandang
keuntungan dan kerugian pos-pos moneter sebagai hal yang berbeda dari jenis
pendapatan yang lain.
Keuntungan
Dan Kerugian Kepemilikan
Akuntansi untuk biaya kini membagi total laba
menjadi 2 bagian :
· Laba operasi (perbedaan antara
pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang dikonsumsi).
· Keuntungan yang belum direalisasi yang
imbul dari kepemilikan aktiva nonmoneter dengan nilai pengganti yang meningkat
bersamaan dengan inflasi.
Meskipun
pengukuran keuntungan kepemilikan dilakukan secara langsung, namun perlakuan
akuntansinya tidaklah seperti demikian. Kenaikan dalam biaya penggantian aktiva
operasi yaitu proyeksi arus keluar yang lebih tinggi untuk mengganti peralatan,
bukanlah suatu keuntungan baik itu direalisasikan atau tidak. Apabila laba
berbasis biaya kini mengukur perkiraan kekayaan perusahaan yang dapat
digunakan, maka perubahan biaya kini persediaan, aktiva tetap dan aktiva
operasi lainnya merupakan revaluasi equitas pemilik yang merupakan bagian dari
laba yang harus disimpan oleh perusahaan untuk mempertahankan modal fisiknya.
Akuntansi
Untuk Inflasi Diluar Negeri
Para
investor memberi perhatian terhadap potensi perusahaan untuk menghasilkan
deviden, karena nilai investasi mereka sangat tergantung pada deviden dimasa
depan. Potensi suatu perusahaan untuk menghasilkan deviden berkaitan langsung
dengan kapasitasnya untuk memproduksi barang dan jasa.
Jika
suatu perusahaan mempertahankan kapasitas produksinya, baru ada suatu deviden
masa depan yang dapat dipertimbangkan. Menyajikan ulang akun-akun perusahan
luar negeri dan domestik menjadi ekuivalen harga kini akan menghasilkan
informasi yang relevan dengan keputusan. Informasi ini memberikan kesempatan
kepada investor untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin yang menyangkut
deviden dimasa depan. Jauh lebih mudah untuk membandingkan dan mengevaluasi
hasil konsolidasi seluruh perusahaan daripada yang dilakukan dewasa ini.
Menghindari
Kejatuhan Ganda
Ukuran
penyesuaian yang terjadi untuk menghapuskan kejatuhan ganda tergantung pada
kurs dan perbedaan inflasi dan berhubungan secara negatif. Penyesuaian inflasi
terhadap harga pokok penjualan atau beban depresiasi dimaksudkan untuk
mengurangi besarnya laba untuk menghindari penilaian lebih laba bersih.
Karena
pengaruh hubungan terbalik antara inflasi lokal dan nilai mata uang, perubahan
kurs valuta asing diantara laporan keuangan yang berurutan yang umumnya
disebabkan oleh inflasi menyebabkan timbulnya sebagian pengaruh inflasi
terhadap hasil operasi perusahaan.
Untuk menghindari proses penyesuaian terhadap
pengaruh inflasi sebanyak dua kali, penyesuaian inflasi harus memperhitungkan
kerugian translasi yang sudah tercemin dalam hasildari suatu perusahaan.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar